Memberi Makan Hidup Dengan Harapan Bukan Ekspektasi !

Semua orang selalu berekspektasi bahwa hidup akan berjalan mulus dengan segala agenda yg telah tersusun rapih diotak atau goresan di catatan pribadi yang disimpan penuh rahasia. Entah itu hal rumit seperti keuangan atau kegiatan harian, pekerjaan dan urusan cinta atau bahkan sekedar hari ini mau makan apa atau ketemu siapa. Ada juga orang-orang yang ngakunya santai sama hidup katanya biarin aja berjalan seperti air mengalir, tapi nyatanya banyak diantara orang-orang ini ga sadar atau ga mau menerima kalau air ga selalu tenang, ia justru selalu mengikuti wadahnya. Artinya, ada waktu dimana air bisa tenang dan ada waktu dimana ia menjadi gelombang yang menakutkan dan bisa menghatam apapun.

Sesungguhnya, tidak satupun yang benar-benar tangguh dalam hidup ini. Selalu ada peperangan tiap harinya. Mungkin karena bumi bulat makanya hidup ini selalu diibaratkan dengan roda yang kadang diatas dan juga dibawah. Hal-hal simpel bisa jadi rumit, hal rumit bisa jadi simpel. Tidak seorangpun yang bisa memilih bagaimana ia hidup, dan mengerikannya justru ada begitu banyak pilihan untuk setiap orang mengakhiri hidup. Tapi tunggu sebentar, baca ini dan ingatlah bahwa tidak semua kematian akan berakhir dengan kematian. apa kamu mengerti maksud kalimat ini ? cobalah pahami dan putuskan sendiri, karena mereka yang telah pergi meninggalkan hidup mereka tak mampu berbagi cerita bagaimana mereka setelah mereka mengakhiri hidup mereka yang mungkin terkesan "mudah". Ingat selalu bahwa tidak ada satupun yang mudah !

Kesamaan kita hanya satu, yaitu wujud  kita "Manusia", setelah itu kita benar-benar berbeda. Bahkan aku tidak tahu apa makna kata "Manusia" itu bagimu, dan aku percaya bahwa jawaban kita pasti berbeda. Kita yang hidup punya 24 jam setiap harinya, tapi apa 24 jam itu benar-benar waktu yang sudah kita pakai untuk merasa berharga dan layak bagi diri kita apalagi buat sesama dan dunia ini ? Sebagian dari banyaknya manusia memerangi hidup dalam 24 jam seperti 24 detik dan sebagiannya lagi merasakan 24 detik hidup seperti berperang 24 jam, kita semua tahu hidup itu berat dan kita tahu kita hanya ingin percaya bahwa akan selalu hal baik yang akan terjadi. Ada hal kejam lainnya yang ingin aku tuliskan bagimu bahwa "Hari-hari yang menggembirakan hanyalah selingan". Kamu boleh mengatai aku yang menurutmu melemahkan rasa sukacitamu, tapi bukankah kamu sebenarnya juga merasakan hal itu ? tapi aku juga sadar bahwa selingan itu bahkan yang membuat aku juga kamu tetap kuat dalam pertempuran hidup ini, seakan kita ingin memenangi hal rumit dengan akhir yang bahagia di akhirnya, katakan kalau aku benar kali ini.

Semua ini akhirnya adalah mengenai belajar untuk hidup dalam "Realita" bukan "Ekspektasi" adalah lebih baik bagi kita menguatkan hidup dengan yang namanya "Harapan" daripada perlahan mati karena "Ekspektasi". Agar kamu lebih percaya ada baiknya kita sama-sama pahami teorinya Stotland dan Gottschalk masing-masing mendeskripsikan "Harapan" sebagai keinginan untuk mencapai tujuan, Stotland menekankan hal penting dan kemungkinan dalam mencapai tujuan, sedangkan Gottschalk mendeskripsikan tenaga positif yang mendorong seseorang untuk bekerja melalui keadaan yang sulit (J. Lopez, 2009). 

Dalam tulisan Primo Rizky mengenai "Ekspektasi Membunuhmu" dijelaskan bahwa banyak yang menyalahartikan ekspektasi dan menyamakannya dengan harapan. Seorang psikiatris Amerika, Dr. Gerard May dalam bukunya The Awakened Heart menjelaskan perbedaan antara ekspektasi dan harapan. Jika harapan merupakan sebuah pandangan umum dalam memaknai suatu hasil yang dilihat dari berbagai sudut pandang – mulai dari kepentingan diri sendiri, kepentingan orang lain, hingga efeknya terhadap lingkungan sekitar, ekspektasi berfokus pada keinginan kita secara pribadi. Ekspektasi lebih bersifat egosentris. Saat kita berekspektasi, kita akan sulit untuk bisa mempertimbangkan kepentingan-kepentingan orang lain yang mungkin bisa menjadi faktor-faktor "Penggagal" untuk bisa mencapai hasil yang diinginkan. Maka dari itu, acapkali ekspektasi justru membawa kekecewaan karena kita seakan mengenakan kacamata kuda. Ekspektasi tidak selamanya buruk namun bila dihadapi dengan cara yang keliru atau ceroboh bisa berujung fatal. Agar hidup lebih tenang, yang diperlukan hanyalah belajar untuk mengatur ekspektasi dan menyeimbangkannya dengan harapan dan pemikiran logis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEPADA KEKASIHKU DI BULAN SEPTEMBER

My Inner Child- I wanna hug you